Saturday, April 21, 2007

Seragam bagi Para Praja


Rabu, 18 April 2007

Nampaknya kebanggaan pada simbol dan atribut kepangkatan layaknya seorang prajurit yang menempel di baju seragam IPDN ( Institut Pemukulan Dalam Negeri) benar-benar telah meresap ke dalam tulang sumsum para praja IPDN. Itulah kenapa para praja menolak kebijakan rektor IPDN yang baru untuk mengganti seragam yang biasa mereka pakai.

Alasan penolakan mereka, selain sebagai kebanggaan, seragam akan membatasi mereka dari perilaku negatif.

Alasan itu dengan sangat jelas telah menunjukkan betapa rendahnya mutu hasil pendidikan di IPDN. Sebuah pendidikan selalu diharapkan menghasilkan individu individu yang merdeka berwawasan luas dan kreatif serta memiliki kepekaan nurani yang tinggi.

Kesemua sifat sifat utama tersebut nampaknya tidak bisa kita lihat dalam diri para praja IPDN. Mereka begitu ketakutan ketika seragam akan dicopot dari tubuh mereka, karena itu berarti mereka akan kehilangan identitas kolektif yang selama ini melekat. Mungkin selama ini mereka tidak dididik sebagai individu yang unik dan berharga, namun sebagai segerombolan anak muda berbadan tegap. Diindoktrinasi dengan cara-cara fasis sehingga cara berpikir mereka pun seragam. Meski begitu , para praja itu merasa bangga karena rambut mereka dicukur dengan rapi dan didandani dengan seragam mirip taruna calon perwira. Seragamlah yang menjadi kebanggaan dan benteng mereka. Bila itu dicabut lalu apa yang tersisa?

Hilangnya identitas kolektif (yang melekat dalam seragam) memunculkan perasaan takut menjadi bukan siapa-siapa (nobody). Selain itu alasan bila seragam dicopot maka tindakan-tindakan negatif tidak terhindarkan merupakan cerminan pribadi yang tidak bertanggung jawab.Karena penilaian baik tidak keluar dari hati nurani mereka, melainkan dari doktrin yang mereka hafalkan.

Pendidikan seharusnya membuat individu semakin merdeka, dan terasah segala keunikannya.Namun apa yang terjadi di IPDN adalah kebalikannya. Semua keunikan dan kelebihan siswa sebagai individu ditumpulkan, sebagai gantinya mereka cuma diajar baris berbaris dan badan mereka dipukuli agar tahan pukul. Jangan kaget bila lulusan yang dihasilkan IPDN adalah aparat pemerintah yang arogan tukang sunat dan tukang gusur, jauh dari semangat sebagai pelayan masyarakat.

Kembali ke soal seragam, beberapa pihak berpendapat bahwa seragam yang selama ini dipakai oleh praja IPDN merupakan salah satu penyebab utama munculnya iklim kekerasan di IPDN. Oleh sebab itu bila pemakaian seragam dirasa tetap harus dipertahankan, perlu dicari mode atau potongan seragam yang lebih humanis dan tidak mengebiri kekhasan pribadi mereka.

Republik Mimpi tergerak untuk ikut mencari solusi permasalahan seragam ini. Presiden Si Butet Yogya telah mengundang banyak designer untuk menciptakan model seragam yang cocok bagi para praja IPDN. Dan hasil rancangan itu akan dipamerkan dalam Newsdotcom episode mendatang.
http://www.metrotvnews.com/newsdotcom

No comments: